Tepatnya pukul satu, aku melihatmu dalam jarak yang cukup dekat.
Bukan mimpi, khayalan, atau sekedar angan.
Berbicara akan kerinduan yang dari dulu ingin ku ceritakan.
Tepat dihadapanku sesosok Ia yang ku rindu, namun apa ?
Hanya berdiri terpaku, tak bisa melakukan apapun selain menunggu.
Menunggu rasa ego itu hilang, sebelum ego menghilang Ia pun terlebih dahulu meninggalkanku.
Aku yakin Ia juga melihatku, namun mungkin rasa sakit terdahulu masih melekat.
Rasa sakit yang aku perbuat, yang mungkin takkan semudah itu Ia lupa.
Ingin menyapa namun tak dapat berkata.
Jangankan menyapa, beranjak untuk melangkahkan kaki mendekatimu aku pun tak mampu pada saat itu.
Tak berubah, senyum itu yang membuat aku menyadari bahwa masih ada hal yang sama seperti dulu meskipun waktu berlalu.
Senyum itu ...
Senyum itu ..
Senyum itu ...
Lagi lagi senyum itu berhasil membuatku tak berdaya.
Membuatku sejenak melupakan masalah yang ada.
Membuatku tersipu tiap kali aku mengingatnya.
Terima kasih Tuhan, salah satu doa rutinku telah engkau kabulkan.
Dengan hanya melihatnya, aku rasa cukup membuat rinduku tak terabaikan..
No comments:
Post a Comment